DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR_______i
DAFTAR
ISI_______ii
BAB
I : PENDAHULUAN_______1
BAB
II : PERINGATAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW DALAM ISLAM__2
A.
Pengertian
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW_______2
B.
Sejarah
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW_______2
1. Pelaksana peringatan maulid Nabi
Muhammad SAW yang pertama dan waktu pelaksanaannya_______2
2. Latar belakang pelaksanaan
peringatan maulid Nabi Muhammad SAW_______2
3. Tujuan pelaksanaan peringatan maulid
Nabi Muhammad SAW pada saat itu_______5
4. Bentuk pelaksanaan peringatan maulid
Nabi Muhammad SAW_______6
5. Dampak/akibat pelaksanaan maulid
Nabi Muhammad SAW_______7
C.
Dalil-dalil
Pelaksanaan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW____7
D.
Peringatan
Maulid Nabi Muhammad SAW di Kabupaten Banjar_____12
1. Bentuk pelaksanaan peringatan maulid
Nabi Muhammad SAW
2. Tujuan pelaksanaan peringatan maulid
Nabi Muhammad SAW
BAB
III : PENUTUP_______13
A.
Kesimpulan_______13
B.
Saran-saran_______14
DAFTAR
PUSTAKA_______15
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya sampaikan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmatNya sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Pekan Makalah
Peringatan Maulid ini tepat pada waktunya.
Saya menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat kelemahan
dan kekurangan dalam penyusunan makalah ini, baik dari isi maupun penulisannya.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun senantiasa
saya harapkan demi penyempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya atas segala bantuan semua pihak sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Martapura, 31 Januari 2013
Nurul Hudaniyah
BAB
I
Pendahuluan
Maulid Nabi atau hari kelahiran Nabi Muhammad SAW pada
mulanya diperingati untuk membangkitkan semangat umat Islam. Sebab waktu itu
umat Islam sedang berjuang keras mempertahankan diri dari serangan tentara
salib Eropa, yakni dari Prancis, Jerman, dan Inggris. Umat Islam saat itu
kehilangan semangat perjuangan dan persaudaraan ukhuwah.
Ternyata peringatan Maulid Nabi yang diselenggarakan Sultan
Salahuddin itu membuahkan hasil yang positif. Semangat umat Islam menghadapi
Perang Salib bergelora kembali. Salahuddin berhasil menghimpun kekuatan,
sehingga pada tahun 1187 (583 H) Yerusalem direbut oleh Salahuddin dari tangan
bangsa Eropa, dan Masjidil Aqsa menjadi masjid kembali, sampai hari ini.
Dalam sejarah penyebaran Islam di Nusantara, perayaan Maulid
Nabi atau Muludan dimanfaatkan oleh Wali Songo untuk sarana dakwah dengan
berbagai kegiatan yang menarik masyarakat agar mengucapkan syahadatain (dua
kalimat syahadat) sebagai pertanda memeluk Islam. Itulah sebabnya perayaan
Maulid Nabi disebut Perayaan Syahadatain, yang oleh lidah Jawa diucapkan
Sekaten.
Kini peringatan Maulid Nabi sangat lekat dengan kehidupan
warga Nahdlatul Ulama (NU). Hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awal (Mulud), sudah
dihapal luar kepala oleh anak-anak NU.
Dalam Madarirushu’ud Syarhul Barzanji dikisahkan,
Rasulullah SAW bersabda: “Siapa menghormati hari lahirku, tentu aku berikan
syafa’at kepadanya di Hari Kiamat.” Sahabat Umar bin Khattab secara
bersemangat mengatakan: “Siapa yang menghormati hari lahir Rasulullah sama
artinya dengan menghidupkan Islam!”.
BAB
II
Peringatan
Maulid Nabi Muhammad SAW dalam ISLAM
A.
Pengertian Peringatan Maulid Nabi
Muhammad SAW
Maulid Nabi Muhammad SAW terkadang Maulid Nabi atau Maulud
saja (bahasa Arab: مولد،
مولد النبي),
adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang dalam tahun Hijriyah jatuh
pada tanggal 12 Rabiul Awal. Kata maulid atau milad adalah dalam bahasa Arab
berarti hari lahir. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di
masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Secara subtansi,
peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Rasulullah
Muhammad SAW.
B.
Sejarah Peringatan Maulid Nabi
Muhammad SAW
1. Pelaksanaan peringatan maulid Nabi
Muhammad SAW yang pertama dan waktu pelaksanaannya
Perayaan Maulid Nabi diperkirakan pertama kali diperkenalkan oleh Abu Said al-Qakburi, seorang
gubernur Irbil, di Irak, pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi
(1138-1193). Adapula yang berpendapat bahwa idenya sendiri justru berasal dari
Sultan Salahuddin sendiri. Tujuannya adalah untuk membangkitkan kecintaan
kepada Nabi Muhammad SAW, serta meningkatkan semangat juang kaum muslimin saat
itu, yang sedang terlibat dalam Perang Salib melawan pasukan Kristen Eropa
dalam upaya memperebutkan kota Yerusalem.
2.
Latar belakang pelaksanaan
peringatan maulid Nabi Muhammad SAW
Maulid Nabi
atau hari kelahiran Nabi Muhammad SAW pada mulanya diperingati untuk membangkitkan semangat umat Islam. Sebab waktu
itu umat Islam sedang berjuang keras mempertahankan diri dari serangan tentara
salib Eropa, yakni dari Prancis, Jerman, dan Inggris. Kita mengenal musim itu
sebagai Perang Salib atau The Crusade. Pada tahun 1099 M tentara salib telah
berhasil merebut Yerusalem dan menyulap Masjidil Aqsa menjadi gereja. Umat Islam
saat itu kehilangan semangat perjuangan dan persaudaraan ukhuwah. Secara
politis memang umat Islam terpecah-belah dalam banyak kerajaan dan kesultanan.
Meskipun ada satu khalifah tetap satu dari Dinasti Bani Abbas di kota Baghdad
sana, namun hanya sebagai lambang persatuan spiritual.
Adalah Sultan
Salahuddin Al-Ayyubi –orang Eropa menyebutnya Saladin, seorang pemimpin yang
pandai mengena hati rakyat jelata. Salahuddin memerintah para tahun 1174-1193 M
atau 570-590 H pada Dinasti Bani Ayyub –katakanlah dia setingkat Gubernur.
Pusat kesultanannya berada di kota Qahirah (Kairo), Mesir, dan daerah
kekuasaannya membentang dari Mesir sampai Suriah dan Semenanjung Arabia. Kata
Salahuddin, semangat juang umat Islam harus dihidupkan kembali dengan cara
mempertebal kecintaan umat kepada Nabi mereka. Salahuddin mengimbau umat Islam
di seluruh dunia agar hari lahir Nabi Muhammad SAW, 12 Rabiul Awal kalender
Hijriyah, yang setiap tahun berlalu begitu saja tanpa diperingati, kini harus
dirayakan secara massal.
Ketika Salahuddin
meminta persetujuan dari khalifah di Baghdad yakni An-Nashir, ternyata khalifah
setuju. Maka pada musim ibadah haji bulan Dzulhijjah 579 H (1183 Masehi),
Salahuddin sebagai penguasa haramain (dua tanah suci, Mekah dan Madinah)
mengeluarkan instruksi kepada seluruh jemaah haji, agar jika kembali ke kampung
halaman masing-masing segera menyosialkan kepada masyarakat Islam di mana saja
berada, bahwa mulai tahun 580 Hijriah (1184 M) tanggal 12 Rabiul-Awal dirayakan
sebagai hari Maulid Nabi dengan berbagai kegiatan yang membangkitkan semangat
umat Islam.
Salahuddin
ditentang oleh para ulama. Sebab sejak zaman Nabi peringatan seperti itu tidak
pernah ada. Lagi pula hari raya resmi menurut ajaran agama cuma ada dua, yaitu
Idul Fitri dan Idul Adha. Akan tetapi Salahuddin kemudian menegaskan bahwa
perayaan Maulid Nabi hanyalah kegiatan yang menyemarakkan syiar agama, bukan
perayaan yang bersifat ritual, sehingga tidak dapat dikategorikan bid`ah yang
terlarang.
Salah satu
kegiatan yang diadakan oleh Sultan Salahuddin pada peringatan Maulid Nabi yang
pertama kali tahun 1184 (580 H) adalah menyelenggarakan sayembara penulisan
riwayat Nabi beserta puji-pujian bagi Nabi dengan bahasa yang seindah mungkin.
Seluruh ulama dan sastrawan diundang untuk mengikuti kompetisi tersebut.
Pemenang yang menjadi juara pertama adalah Syaikh Ja`far Al-Barzanji. Karyanya
yang dikenal sebagai Kitab Barzanji sampai sekarang sering dibaca masyarakat di
kampung-kampung pada peringatan Maulid Nabi.
Barzanji
bertutur tentang kehidupan Muhammad, mencakup silsilah keturunannya, masa
kanak-kanak, remaja, pemuda, hingga diangkat menjadi rasul. Karya itu juga
mengisahkan sifat-sifat mulia yang dimiliki Nabi Muhammad, serta berbagai
peristiwa untuk dijadikan teladan umat manusia. Nama Barzanji diambil dari nama
pengarang naskah tersebut yakni Syekh Ja’far al-Barzanji bin Husin bin Abdul
Karim. Barzanji berasal dari nama sebuah tempat di Kurdistan, Barzinj. Karya
tulis tersebut sebenarnya berjudul ‘Iqd Al-Jawahir (artinya kalung
permata) yang disusun untuk meningkatkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW.
Tapi kemudian lebih terkenal dengan nama penulisnya.
Ternyata
peringatan Maulid Nabi yang diselenggarakan Sultan Salahuddin itu membuahkan
hasil yang positif. Semangat umat Islam menghadapi Perang Salib bergelora
kembali. Salahuddin berhasil menghimpun kekuatan, sehingga pada tahun 1187 (583
H) Yerusalem direbut oleh Salahuddin dari tangan bangsa Eropa, dan Masjidil
Aqsa menjadi masjid kembali, sampai hari ini.
Dalam sejarah
penyebaran Islam di Nusantara, perayaan Maulid Nabi atau Muludan dimanfaatkan
oleh Wali Songo untuk sarana dakwah dengan berbagai kegiatan yang menarik
masyarakat agar mengucapkan syahadatain (dua kalimat syahadat) sebagai pertanda
memeluk Islam. Itulah sebabnya perayaan Maulid Nabi disebut Perayaan
Syahadatain, yang oleh lidah Jawa diucapkan Sekaten.
Dua kalimat
syahadat itu dilambangkan dengan dua buah gamelan ciptaan Sunan Kalijaga
bernama Gamelan Kiai Nogowilogo dan Kiai Gunturmadu, yang ditabuh di halaman
Masjid Demak pada waktu perayaan Maulid Nabi. Sebelum menabuh dua gamelan
tersebut, orang-orang yang baru masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimat
syahadat terlebih dulu memasuki pintu gerbang “pengampunan” yang disebut gapura
(dari bahasa Arab ghafura, artinya Dia mengampuni).
Pada zaman
kesultanan Mataram, perayaan Maulid Nabi disebut Gerebeg Mulud. Kata “gerebeg”
artinya mengikuti, yaitu mengikuti sultan dan para pembesar keluar dari keraton
menuju masjid untuk mengikuti perayaan Maulid Nabi, lengkap dengan sarana
upacara, seperti nasi gunungan dan sebagainya. Di samping Gerebeg Mulud, ada
juga perayaan Gerebeg Poso (menyambut Idul Fitri) dan Gerebeg Besar (menyambut
Idul Adha).
Kini peringatan
Maulid Nabi sangat lekat dengan kehidupan warga Nahdlatul Ulama (NU). Hari Senin
tanggal 12 Rabi’ul Awal (Mulud), sudah dihapal luar kepala oleh anak-anak NU.
Acara yang disuguhkan dalam peringatan hari kelahiran Nabi ini amat variatif,
dan kadang diselenggarakan sampai hari-hari bulan berikutnya, bulan Rabius
Tsany (Bakdo Mulud). Ada yang hanya mengirimkan masakan-masakan spesial untuk
dikirimkan ke beberapa tetangga kanan dan kiri, ada yang menyelenggarakan
upacara sederhana di rumah masing-masing, ada yang agak besar seperti yang
diselenggarakan di mushala dan masjid-masjid, bahkan ada juga yang
menyelenggarakan secara besar-besaran, dihadiri puluhan ribu umat Islam.
Ada yang hanya
membaca Barzanji atau Diba’ (kitab sejenis Barzanji). Bisa juga ditambah dengan
berbagai kegiatan keagamaan, seperti penampilan kesenian hadhrah, pengumuman
hasil berbagai lomba, dan lain-lain, dan puncaknya ialah mau’izhah hasanah dari
para muballigh kondang.
Para ulama NU
memandang peringatan Maulid Nabi ini sebagai bid’ah atau perbuatan yang
di zaman Nabi tidak ada, namun termasuk bid’ah hasanah (bid’ah yang
baik) yang diperbolehkan dalam Islam. Banyak memang amalan seorang muslim yang
pada zaman Nabi tidak ada namun sekarang dilakukan umat Islam, antara lain:
berzanjen, diba’an, yasinan, tahlilan (bacaan Tahlilnya, misalnya, tidak bid’ah
sebab Rasulullah sendiri sering membacanya), mau’izhah hasanah pada
acara temanten dan Muludan.
Dalam Madarirushu’ud
Syarhul Barzanji dikisahkan, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa menghormati
hari lahirku, tentu aku berikan syafa’at kepadanya di Hari Kiamat.” Sahabat
Umar bin Khattab secara bersemangat mengatakan: “Siapa yang menghormati hari
lahir Rasulullah sama artinya dengan menghidupkan Islam!”
3.
Tujuan pelaksanaan peringatan maulid
Nabi Muhammad SAW pada saat itu
Pada
masa pemerintahan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi
tahun 1174-1193 M atau 570-590 H (Dinasti Bani Ayyub) umat Islam
sedang berjuang keras mempertahankan diri dari serangan tentara salib Eropa,
yakni dari Prancis, Jerman, dan Inggris. Kita mengenal musim itu sebagai Perang
Salib atau The Crusade. Pada tahun 1099 M tentara salib telah berhasil merebut
Yerusalem dan menyulap Masjidil Aqsa menjadi gereja. Umat Islam saat itu
kehilangan semangat perjuangan dan persaudaraan ukhuwah. Kata Salahuddin,
semangat juang umat Islam harus dihidupkan kembali dengan cara mempertebal
kecintaan umat kepada Nabi mereka. Salahuddin mengimbau umat Islam di seluruh
dunia agar hari lahir Nabi Muhammad SAW, 12 Rabiul Awal kalender Hijriyah, yang
setiap tahun berlalu begitu saja tanpa diperingati, kini harus dirayakan secara
massal. Waktu itu tujuannya untuk
memperkokoh semangat keagamaan umat Islam umumnya, khususnya mental para
tentara yang lengah bersiap menghadapi serangan tentara Salib dari Eropa, yang
ingin merebut tanah suci Jerusalem dari tangan kaum Muslimin.
4.
Bentuk pelaksanaan peringatan maulid
Nabi Muhammad SAW
Beberapa
bentuk peringatan maulid yang sering
dilaksanakan masyarakat adalah :
1. Pembacaan kalam wahyu Ilahi
Surat atau ayat yang dibacakan tergantung kepada pembaca (qari’)
maupun keinginan pelaksana acara,
ayat. Pembacaannya dilaksanakan dengan hukum tajwid yang yang benar. Selain
membaca dengan tartil, Qari’ yang
dipilih biasanya memiliki suara yang merdu, sehingga bagi jemaah atau orang
yang mendengarkan dapat mengkhayatinya. Setelah itu apa yang di bacakan oleh
Qari’ bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan gaya bacaan
deklamasi.
2. Tahlilan
Tahlilan adalah seperangkat kalimah thayyibah,
surat-surat pendek dari Alquran, maupun kalimah-kalimah lain rumusan ulama yang
keseluruhannya dibaca secara berjamaah, acara tahlilan biasanya diakhiri dengan
makan bersama.
3. Doa bersama
Doa biasanya dipimpin oleh seorang ulama maupun ustadz,
materi doa yang berisi hal-hal yang cukup komrehensif dalam lingkup kehidupan,
yang hampir tidak pernah ditinggalkan adalah permohonan ampunan kepada Allah,
syafaat Rasulullah, dan hasanah dunia-akhirat.
4. Ceramah keagamaan
Penceramah biasanya adalah ustadz ataupun tokoh
masyarakat yang terkenal keluasan ilmu pengetahuan tentang agama. Biasanya
ceramah dilaksanakan di dalam mesjid atau musholla yang luas, kadang jika
keadaan tidak memungkinkan ceramah juga dilaksanakan di tempat terbuka seperti
lapangan yang sudah diberi alas maupun tenda seadanya.
5. Manfaat/dampak/akibat pelaksanaan peringatan maulid Nabi
Muhammad SAW
Diantara
Manfaat yang timbul dari peringatan
Maulid adalah ;
a. Membuat generasi muda lebih mengenal kepribadian
Rasulullah SAW, perjuangan beliau yang penuh pelajaran untuk dipetik, dan misi
yang diemban beliau dari Allah SWT kepada alam semesta.
Para sahabat kerap menceritakan pribadi Rasulullah SAW
dalam berbagai kesempatan. Salah satu misal, perkataan Sa’d bin Abi Waqash
radhiyallahu anhu, “Kami selalu mengingatkan anak-anak kami tentang peperangan
yang dilakukan Rasulullah SAW, sebagaimana kami menuntun mereka menghafal satu
surat dalam Al-Quran.”
Ungkapan ini menjelaskan bahwa para sahabat sering
menceritakan apa yang terjadi dalam perang Badar, Uhud dan lainnya, kepada
anak-anak mereka, termasuk peristiwa saat perang Khandaq dan Bai’atur Ridhwan
b. Sebagai sarana umat Islam untuk berkumpul dan saling
menjalin silaturahim.
Masyarakat
yang tadinya tidak kenal bisa jadi saling kenal; yang tadinya jauh bisa menjadi
dekat. Kita pun akan lebih mengenal Nabi dengan membaca Maulid, dan tentunya,
berkat beliau SAW, kita juga akan lebih dekat kepada Allah SWT.
C.
Dalil-dalil Pelaksanaan Peringatan
Maulid Nabi Muhammad SAW
1. Merayakan
maulid termasuk dalam membesarkan kelahiran para Nabi. Hal yang berkenaan
dengan kelahiran Nabi merupakan sesuatu yang memiliki nilai yang lebih, sebagaimana
halnya tempat kelahiran para nabi.
Dalam
Al quran sendiri juga disebutkan doa sejahtera pada hari kelahiran para Nabi
seperti kata Nabi Isa dalam firman Allah surat Maryam ayat 33:
وَالسَّلامُ
عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ
“dan
kesejahteraan atasku pada hari kelahirannku”.
Maka Rasulullah juga lebih berhak untuk mendapatkan doa sejahtera pada hari kelahiran beliau.
Maka Rasulullah juga lebih berhak untuk mendapatkan doa sejahtera pada hari kelahiran beliau.
Dalam Al Quran, Allah juga tersebut perintah untuk mengingat
hari-hari bersejarah, hari dimana Allah menurunkan nikmat yang besar pada hari tersebut,
seperti dalam firman Allah surat Ibrahim ayat 5:
وَذَكِّرْهُمْ
بِأَيَّامِ اللَّهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآياتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ
“dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah, Sesunguhnya
pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang
penyabar dan banyak bersyukur.”
Dan juga dalam surat Al Jatsiyah ayat 14:
Dan juga dalam surat Al Jatsiyah ayat 14:
قُلْ
لِلَّذِينَ آمَنُوا يَغْفِرُوا لِلَّذِينَ لا يَرْجُونَ أَيَّامَ اللَّهِ
“Katakanlah
kepada orang-orang yang beriman hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang
tiada takut hari-hari Allah”
Dalam ayat tersebut Allah menyuruh
untuk mengingat hari-hari Allah, secara dhahir hari yang dimaksud adalah hari
kesabaran dan penuh syukur dan yang diharapkan dari hari tersebut adalah
barakah yang Allah ciptakan pada hari tersebut, karena hari hanyalah satu
makhluk Allah yang tidak mampu memberi manfaat dan mudharat.
Dalam surat Yunus ayat 58:
Dalam surat Yunus ayat 58:
قُلْ
بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا
Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya,
hendaklah dengan itu mereka bergembira”
Dalam ayat ini Allah memerintahkan untuk senang dengan nikmat Allah. Maka tiada rahmat dan nikmat yang lebih besar dari pada kelahiran Nabi Muhammad SAW. Beliau sendiri mengatakan:
Dalam ayat ini Allah memerintahkan untuk senang dengan nikmat Allah. Maka tiada rahmat dan nikmat yang lebih besar dari pada kelahiran Nabi Muhammad SAW. Beliau sendiri mengatakan:
أنا
الرحمة المهداة
Kisah lain yang menunjuki bahwa
ditutntut untuk memperingati hari bersejarah adalah kisah Nabi SAW berpuasa
pada hari Asyura. Ketika Nabi masuk kota Madinah, beliau mendapati yahudi
Madinah berpuasa pada hari Asyura. Ketika mereka ditanyakan tentang hal
tersebut mereka menjawab “bahwa pada hari tersebut Allah memberi kemenangan
kepada Nabi Musa dan Bani Israil atas firaun, maka kami berpuasa untuk
mengangagungkannya” Rasulullah berkata “kami lebih berhak dengan Musa dari pada
kamu” kemudian beliau memerintahkan untuk berpuasa pada hari Asyura. Hadis ini
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim. Al Hafidh Ibnu Hajar Al Asqalany
menjadikan hadis ini sebagai dalil untuk kebolehan merayakan maulid Nabi.
2.
Kisah Suwaibah Aslamiyah yang
dimerdekakan oleh Abu Lahab karena kegembiraannya terhadap kelahiran Nabi
Muhammad SAW.
Setahun setelah Abu lahab meninggal,
salah satu saudaranya yang juga merupakan paman Rasulullah, Saidina Abbas bin
Abdul Muthallib bermimpi bertemu dengannya dan menanyakan bagaimana keadaan Abu
Lahab, ia menjawab “bahwa tidak mendapat kebaikan setelahnya tetapi ia mendapat
minuman dari bawah ibu jarinya pada setiap hari senin karena ia memerdekakan
Suwaibah Aslamiyah ketika mendengar kabar gembira kelahiran Nabi Muhammad”.
Hadis ini tersebut dalam Shaheh Bukhary dengan nomor 4711. kisah ini juga
disebutkan oleh Ibnu Kastir dalam kitab beliau Al Bidayah An Nihayah jilid 2
hal273.
Ini adalah balasan yang Allah berikan
terhadap orang yang menjadi musuhNya dan mendapat celaan dalam Al Quran.
Apalagi terhadap orang-orang mukmin yang senang terhadap kelahiran baginda
Rasulullah SAW.
3. Rasulullah
sendiri pernah merayakan hari kelahiran beliau sendiri yaitu dengan berpuasa
pada hari senin. Ketika ditanyakan oleh para shahabat beliau menjawab:
فيه
ولدت وفيه أُنزل عليَّ
“itu adalah hari kelahiranku dan hari diturunkan wahyu
atasku”.(H.R. Muslim)
Hadis ini tersebut dalam kitab Shaheh Muslim jilid 2 hal 819. Hadis ini menjadi landasan yang kuat untuk pelaksanaan maulid walaupun dengan cara yang berbeda bukan dengan berpuasa seperti Rasululah melainkan dengan memyediakan makanan dan berzikir dan bershalawat, namun ada titik temunya yaitu mensyukuri kelahiran Rasulullah saw. Imam As Sayuthy menjadikan hadis ini sebagai landasan dibolehkan melaksanakan maulid Nabi.
Hadis ini tersebut dalam kitab Shaheh Muslim jilid 2 hal 819. Hadis ini menjadi landasan yang kuat untuk pelaksanaan maulid walaupun dengan cara yang berbeda bukan dengan berpuasa seperti Rasululah melainkan dengan memyediakan makanan dan berzikir dan bershalawat, namun ada titik temunya yaitu mensyukuri kelahiran Rasulullah saw. Imam As Sayuthy menjadikan hadis ini sebagai landasan dibolehkan melaksanakan maulid Nabi.
4.
Rasulullah pernah menyembelih hewan
untuk aqiqah untuk beliau sendiri setelah menjadi nabi.
Sebelumnya, kakek rasulullah, Abdul
Muthalib telah melakukan aqiqah untuk Rasulullah. Kisah ini diriwayatkan oleh
Imam Baihaqy dari Anas bin Malik. Aqiqah
tidak dilakukan untuk kedua kalinya maka perbuatan Rasulullah menyembelih hewan
tersebut dimaksudkan sebagai memperlihatkan rasa syukur atas nikmat yang Allah
berikan yaitu penciptaan beliau yang merupakan rahmat bagi seluruh alam dan
sebagai penjelasan syariat kepada umat beliau.
Hadis ini oleh Imam As Sayuthy
dijadikan sebagai landasan lain dalam perayaan maulid Nabi. Maka juga
disyariatkan bagi kita untuk memperlihatkan kesenangan dengan kelahiran
Rasulullah yang boleh saja kita lakukan dengan membuat jamuan makanan dan
berkumpul berzikir dan bershalawat.
5.
Rasulullah memuliakan hari jumat
karena hari tersebut adalah hari kelahiran Nabi Adam AS.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan
oleh An Nasai dan Abu Daud
إن
من أفضل أيامكم يوم الجمعة فيه خلق آدم وفيه قبض وفيه النفخة وفيه الصعقة فأكثروا
علي من الصلاة فيه فإن صلاتكم معروضة علي
“bahwasanya sebagian hari yang terbaik bagi kamu adalah hari
jum`at,pada hari tersebut di ciptakan Nabi Adam, wafatnya dan pada hari
tersebut ditiupnya sangkakala, maka perbanyaklah bershalawat kepadaku pada hari
juma`at, karena shalawat kamu didatangkan kepada ku ” (H.R. Abu Daud).
Rasulullah telah memuliakan hari jum`at karena pada hari tersebut Allah menciptakan bapak dari seluruh manusia, Nabi Adam. Maka hal ini juga dapat diqiyaskan kepada merayakan kelahiran Nabi Muhammad.
Rasulullah telah memuliakan hari jum`at karena pada hari tersebut Allah menciptakan bapak dari seluruh manusia, Nabi Adam. Maka hal ini juga dapat diqiyaskan kepada merayakan kelahiran Nabi Muhammad.
6. Memperingati maulid dapat meneguhkan hati manusia.
Allah ta`ala menyebutkan kisah-kisah
para anbiya didalam Al-quran seperti kisah kelahiran Nabi Yahya, siti Maryam
dan Nabi Musa AS. Allah menyebutkan kisah-kisah kelahiran para Nabi tersebut
untuk menjadi peneguh hati Rasulullah saw sebagaimana firman Allah surat Hud
ayat 120:
وَكُلّاً
نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ
“Dan semua kisah dari rasul-rasul kami ceritakan kepadamu,
ialah kisah-kisah yang dengannya kami teguhkan hatimu”.
Apabila membacakan kisah para Nabi terdahulu dapat meneguhkan hati Rasulullah, maka membacakan kisah kehidupan Rasulullah sebagaimana dilakukan ketika memperingati maulid juga mampu meneguhkan hati manusia , bahkan manusia lebih membutuhkan peneguh hati ketimbang Rasulullah.
Apabila membacakan kisah para Nabi terdahulu dapat meneguhkan hati Rasulullah, maka membacakan kisah kehidupan Rasulullah sebagaimana dilakukan ketika memperingati maulid juga mampu meneguhkan hati manusia , bahkan manusia lebih membutuhkan peneguh hati ketimbang Rasulullah.
7.
Maulid merupakan satu
wasilah/perantara untuk berbuat kebaikan dan taat.
Dalam perayaan maulid Nabi, dilakukan
berbagai macam amalan kebaikan berupa bersadaqah, berzikir, bershalawat dan
membaca kisah perjuangan Rasulullah dan para Shahabat. Semua ini merupakan amalan
yang sangat dianjurkan. Semua hal yang perantara bagi perbuatan taat maka hal
tersebut juga termasuk taat.
8.
Firman Allah dalam surat Yunus ayat
58:
قُلْ
بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا
يَجْمَعُونَ
Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya,
hendaklah dengan itu mereka bergembira. kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah
lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan".
Dalam ayat tersebut Allah memerintahkan untuk senang terhadap semua karunia dan rahmat Allah, termasuk salah satu rahmaNya yang sangat besar adalah Nabi Muhammad SAW, sebagaimana dalam firman Allah surat Al Anbiya ayat 107:
Dalam ayat tersebut Allah memerintahkan untuk senang terhadap semua karunia dan rahmat Allah, termasuk salah satu rahmaNya yang sangat besar adalah Nabi Muhammad SAW, sebagaimana dalam firman Allah surat Al Anbiya ayat 107:
وَمَا
أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
“Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi semesta alam.”
Bahkan sebagian ahli tafsir
mengatakan kalimat rahmat pada surat Yunus ayat 58 dimaksudkan kepada Nabi
Muhammad dengan menjadikan surat Al Anbiya ayat 107 sebagai penafsirnya,
sebagaimana terdapat dalam tafsir Durar Al Manstur karangan Imam As Sayuthy,
tafsir Al Alusty fi Ruh Al Ma`any dan tafsir Ibnul Jauzy.
Jadi dalam ayat tersebut terdapat perintah untuk terhadap datangnya Rasulullah SAW, kesenangan tersebut dapat diungkapkan dengan berbagai macam cara baik menyediakan makanan kepada orang lain, bersadaqah, berkumpul sambil berzikir dan bershalawat dll.
Jadi dalam ayat tersebut terdapat perintah untuk terhadap datangnya Rasulullah SAW, kesenangan tersebut dapat diungkapkan dengan berbagai macam cara baik menyediakan makanan kepada orang lain, bersadaqah, berkumpul sambil berzikir dan bershalawat dll.
9.
Perayaan maulid bukanlah satu ibadah
tauqifiyah
Ibadah taufiqiyah adalah ibadahyang
tatacara pelaksaannya hanya dibolehkan sebagaimana yang dilaksanakan oleh Nabi,
tapi maulid merupakan satu qurbah (pendekatan kepada Allah) yang boleh.
Dikarenakan dalam pelaksanaan maulid mengandung hal-hal yang dapat mendekatkan
diri kepada Allah maka maulid itu termasuk dalam satu qurbah.
D. Peringatan
Maulid Nabi Muhammad SAW di Kabupaten Banjar
1. Bentuk pelaksanaan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW
“Ratusan sampai ribuah jemaah berjubel di Masjid
Agung Al Karomah Martapura, Kabupaten Banjar. Secara bergelombang, jemaah yang
mayoritas mengenakan kemeja koko dan peci putih itu memenuhi hampir setiap
sudut masjid kebanggaan warga Martapura itu, Kamis (9/2).
Kedatangan para jemaah yang berasal dari
berbagai daerah di Kabupaten Banjar itu untuk menghadiri Peringatan Maulid Nabi
Muhammad SAW 1433 Hijriah. Kegiatan itu merupakan acara rutin tahunan yang
digelar Pemkab Banjar, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Banjar dan
Nadzir Masjid Agung Al Karamah.
Tampak
hadir Bupati Banjar, Khairul Saleh, Wakil Bupati, Fauzan Saleh, Pengasuh
Ponpes Darussalam Martapura, KH Khalillurrahman, para anggota Forum Komunikasi
Pimpinan Daerah (FKPD) Kabupaten Banjar. Terlihat hadir juga Ketua Umum PBNU,
Prof DR Said Agil Syiraj untuk memberikan ceramah.
Dalam sambutannya, Bupati Banjar,
Khairul Saleh mengatakan bahwa Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan
salah satu bentuk ungkapan rasa cinta kepada Rasulullah.
"Dengan
memperingati Maulid Nabi maka Kabupaten Banjar dan Indonesia selalu mendapat
keberkahan dan ridho dari Allah SWT," kata dia.”
(Dikutip dari Banjarmasinpost.co.id; 30/01/2013)
“Pelaksanaan maulid di daerah saya
(Martapura), biasanya dimulai dengan pembacaan surah Ya’sin secara berjamaah,
setelah itu membaca Maulid Habsy, tahlil, shalawat dan berbagai puji-pujian
maupun kalam ilahi, kadang juga diadakah ceramah keagamaan jika peringatan
maulid dilaksanakan secara besar-besaran. Peringatan maulid biasanya di adakah
di Mesjid, Musholla, maupun lapangan luas seperti di mesjid Da’watul Khair dan
lain-lain”
(Narasumber
wawancara adalah M. Abdul Djabbar; 30/01/2013)
2. Tujuan pelaksanaan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW
“Pelaksanaan maulid bertujuan untuk
memperkokoh persatuan dan kesatuan masyarakat, selain itu juga agar masyarakat
lebih mengenal kepribadian, jalan hidup dan liku-liku yang dilalui Rasulullah
untuk dapat membawa ISLAM hingga sekarang”
(Narasumber
wawancara adalah M.Abdul Djabbar; 30/01/2013)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Peringatan maulid pada awalnya bertujuan
untuk menyatukan umat islam dalam menghadapi perang salib, tujuan ini berubah
seiring berjalannya waktu. Maulid dapat menjadi sarana penyambung silaturrahmi
antar warga masyarakat dan sarana untuk memperkenalkan kepribadian dan
nilai-nilai luhur yang ada pada diri Rasulullah.
Melaksanakan
peringatan Maulid Nabi Muhammad adalah baik selama tidak menyeleweng dari
aqidah dan syariat agama, hal ini dapat dilihat dari banyaknya dalil yang
memperbolehkan bahkan menganjurkan untuk mengadakan peringatan maulid Nabi
Muhammad SAW.
B.
Saran-saran
Sebaiknya acara maulidan tidak hanya berisi
ceramah maupun doa saja, tetapi diisi oleh hal-hal yang dapat meningkatkan
kreatifitas masyarakat. misalnya diadakan berbagai lomba, bazaar, maupun
pengumpulan dana bagi orang-orang yang membutuhkan.
Saya sebagai remaja melihat bahwa kebanyakan
remaja saat ini hanya menganggap peringatan maulid sebagai waktu luang langka
dari kesibukan belajar mereka. Membuat remaja memahami arti sebenarnya dari
pelaksanaan maulid adalah PR para
pendidik saat ini. saya berharap bahwa pelaksanaan maulid yang akan datang
adalah hal yang akan selalu ditunggu siswa, bukan sebagai waktu untuk
bersenang-senang tanpa mempelajari apapun, tapi sebagai waktu untuk lebih
mengenali dan memahami arti dari pelaksanaan maulid sesungguhnya.
DAFTAR
PUSTAKA
(www.edukasi.kompasiana.com:
28/01/2013)
(www.isomwebs.com:
28/01/2013)
(www.elangajib.com:
28/01/2013)
(www.santribuntet.wordpress.com:
28/01/2013)
(www.mudrimesra.com:
28/01/2013)
(www.thohiriyyah.com:
28/01/2013)
(www.sejarah.kompasiana.com:
28/01/2013)
(www.ketikanadiratna.blogspot.com:
28/01/2013)
(www.khabibkhan.wordpress.com:
28/01/2013)
(www.warkopmbahlalar.com:
28/01/2013)
(www.maulidkanzus.blogspot.com:
28/01/2013)
(www.beritasekitarku.wordpress.com:
28/01/2013)
(www.gemabaiturrahman.com:
28/01/2013)
(www.tijahniyahlentengagung.blogspot.com:
28/01/2013)
(www.danusiri.dosen.unimus.ac.id:
28/01/2013)
(www.saipudin.wordpress.com:
28/01/2013)
(www.facebook.com:
30/01/2013)
suwon yo
BalasHapus